Kehadiran lagu Melayu di tanah air sudah ada sejak jaman dahulu kala, dengan pertama kali dikenalkannya orkes musik melayu. Orkes yang membawakannya biasanya menggunakan akordeon, gitar akustik, rebana, suling dan gambus. Alat-alat musik tersebut adalah instrument pokok dalam jenis ini. Kehadirannya pertama kali adalah jenis Melayu Deli dari sumatera utara.
Perkembangan Lagu Melayu
Perkembangannya Lagu Melayu di tanah air telah mendapat pengaruh dari unsur musik India. Dapat terlihat dari nyanyian berjudul ‘Boneka India’ yang dibawakan oleh Ellya Khadam. Selain Ellya Khadam, ada pula penyanyi lain seperti Said Effendi yang terkenal dengan ‘Seroja’nya ataupun P.Ramlee dari Malaysia. Mereka semua memiliki peran besar dan penting dalam memperkenalkan sekaligus mengembangkan jenis hiburan ini.
Selain dipengaruhi oleh unsur musik India, lagu Melayu juga dipengaruhi oleh unsur dari beberapa negara lain, seperti Arab, Cina, Portugis dan Persia. Pengaruh dari negara tersebut juga sebagai timbal balik dari hubungan dagang yang terjadi antara negara tersebut dengan kerajaan Melayu Aru yang berada di Deli, serta dengan kerajaan Malaka. Kerjasama tersebut telah dimulai sejak abad ke-13.
Lagu Melayu
Lagu Melayu
Pengaruh dari negara Siam dan Arab juga turut mempengaruhi nyanyian yang ada ini. Hal tersebut sekaligus membawa agama Islam masuk ke negeri tanah asal alunan nada ini. Selain mempengaruhi lagu, kebudayaan negara ini dapat pula terlihat pada kesenian tari seperti tarian Zapin, tari Rentak; teater; hingga alat musik seperti tabla dan harmonium.
Pada jaman dahulu, pencipta lagu Melayu jarang mencantukan namanya dalam hasil karya mereka, karena mereka menganggap alunan nada tersebut adalah kebudayaan yang perlu dilestarikan dan perlu dikembangkan. Beberapa penciptanya yang pernah diketahui namanya, antara lain Dahlan Siregar dengan ciptaannya ‘Pulau Putri’, Tengku Zubir dengan ‘Kuala Deli’ serta Usman dengan lagunya ‘Dodoi di dodoi’. Pada rentang tahun 1930 hingga menjelang akhir 1942, nyanyian tersebut sangat melekat dan menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakatnya serta mendasari tatanan kehidupan masyarakatnya.
Periode Lagu Melayu
Perkembangannya terbagi menjadi dua periode, yaitu:
a. Periode Lagu Melayu tahun 1942 – 1945. Perkembangan periode ini terjadi ketika Indonesia masih berada pada jaman penjajahan negara Jepang, sehingga perkembangannya sedikit mengalami hambatan. Selain disebabkan masa penjajahan, juga disebabkan karena adanya kejadian pergolakan politik di berbagai daerah, khususnya tanah Melayu.
Para pecintanya beserta para penciptanya, tetap berusaha mengembangkannya, walaupun harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi dari pihak penjajah. Lagu yang terkenal pada periode 1942 – 1945 seperti Senandung anak tiung, mak inang kayangan, mak inang pulau kampai, senandung dendang sayang dan tanjung katung.
b. Periode Lagu Melayu tahun 1945 – 1949. Pada rentang periode tersebut kerajaan di tanah Melayu mengalami revolusi sosial, sehingga pertunjukan kesenian jarang dilakukan dan ini juga mempengaruhi perkembangan lagu Melayu. Masyarakat melayu pun lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan perlawanan kepada pihak penjajah, sehingga cenderung enggan mengembangkannya. Pada periode ini pula penjualan alat musik yang sering digunakan pun mulai banyak dijual oleh pemiliknya, sedangkan sisanya ditinggal begitu saja tanpa perawatan.
c. Periode Lagu Melayu tahun 1950 – 1965. Para periode tersebut, keberadaan lagu melayu mulai kembali mengalami perkembangan dan kembali mendapatkan tempatnya di masyarakat. Selain lagu, tarian pun kembali mengalami perkembangan pesat pada periode ini.
Puncak perkembangannya ada pada tahun 1970 ketika grup besutan Rhoma Irama, Soneta Group, membawakan lagu ini. Akan tetapi, meskipun mencapai puncak dan jaman keemasan pada tahun tersebut, dua tahun kemudian, jenis alunan ini seolah-olah mati suri, karena kalah bersaing dengan lagu bergenre reggae, alternatif, heavy metal dan rock. Hanya ada beberapa penyanyi yang membawakan alunan nada ini, salah satunya adalah penyanyi asal Malaysia dengan judul lagunya ‘Isabella’.
Lagu melayu kembali muncul pada tahun 1976 serta mendapatkan respon positif dari masyarakat, baik masyarakatnya sendiri ataupun dari daerah lainnya. Karena semakin banyak yang merindukan kehadiran alunan nada ini. Salah satu penyanyi yang terkenal pada masa ini adalah Luckman Sinar dari angkatan musik Makyong Serdang. Berbagai perkumpulan serta organisasi seni pun semakin banyak membawakan lagu tersebut. Bahkan, lagu melayu pun mulai dibawakan oleh orkes dari tanah lain, seperti orkes Minang.
Perkembangan Lagu Melayu
Perkembangannya Lagu Melayu di tanah air telah mendapat pengaruh dari unsur musik India. Dapat terlihat dari nyanyian berjudul ‘Boneka India’ yang dibawakan oleh Ellya Khadam. Selain Ellya Khadam, ada pula penyanyi lain seperti Said Effendi yang terkenal dengan ‘Seroja’nya ataupun P.Ramlee dari Malaysia. Mereka semua memiliki peran besar dan penting dalam memperkenalkan sekaligus mengembangkan jenis hiburan ini.
Selain dipengaruhi oleh unsur musik India, lagu Melayu juga dipengaruhi oleh unsur dari beberapa negara lain, seperti Arab, Cina, Portugis dan Persia. Pengaruh dari negara tersebut juga sebagai timbal balik dari hubungan dagang yang terjadi antara negara tersebut dengan kerajaan Melayu Aru yang berada di Deli, serta dengan kerajaan Malaka. Kerjasama tersebut telah dimulai sejak abad ke-13.
Lagu Melayu
Lagu Melayu
Pengaruh dari negara Siam dan Arab juga turut mempengaruhi nyanyian yang ada ini. Hal tersebut sekaligus membawa agama Islam masuk ke negeri tanah asal alunan nada ini. Selain mempengaruhi lagu, kebudayaan negara ini dapat pula terlihat pada kesenian tari seperti tarian Zapin, tari Rentak; teater; hingga alat musik seperti tabla dan harmonium.
Pada jaman dahulu, pencipta lagu Melayu jarang mencantukan namanya dalam hasil karya mereka, karena mereka menganggap alunan nada tersebut adalah kebudayaan yang perlu dilestarikan dan perlu dikembangkan. Beberapa penciptanya yang pernah diketahui namanya, antara lain Dahlan Siregar dengan ciptaannya ‘Pulau Putri’, Tengku Zubir dengan ‘Kuala Deli’ serta Usman dengan lagunya ‘Dodoi di dodoi’. Pada rentang tahun 1930 hingga menjelang akhir 1942, nyanyian tersebut sangat melekat dan menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakatnya serta mendasari tatanan kehidupan masyarakatnya.
Periode Lagu Melayu
Perkembangannya terbagi menjadi dua periode, yaitu:
a. Periode Lagu Melayu tahun 1942 – 1945. Perkembangan periode ini terjadi ketika Indonesia masih berada pada jaman penjajahan negara Jepang, sehingga perkembangannya sedikit mengalami hambatan. Selain disebabkan masa penjajahan, juga disebabkan karena adanya kejadian pergolakan politik di berbagai daerah, khususnya tanah Melayu.
Para pecintanya beserta para penciptanya, tetap berusaha mengembangkannya, walaupun harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi dari pihak penjajah. Lagu yang terkenal pada periode 1942 – 1945 seperti Senandung anak tiung, mak inang kayangan, mak inang pulau kampai, senandung dendang sayang dan tanjung katung.
b. Periode Lagu Melayu tahun 1945 – 1949. Pada rentang periode tersebut kerajaan di tanah Melayu mengalami revolusi sosial, sehingga pertunjukan kesenian jarang dilakukan dan ini juga mempengaruhi perkembangan lagu Melayu. Masyarakat melayu pun lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melakukan perlawanan kepada pihak penjajah, sehingga cenderung enggan mengembangkannya. Pada periode ini pula penjualan alat musik yang sering digunakan pun mulai banyak dijual oleh pemiliknya, sedangkan sisanya ditinggal begitu saja tanpa perawatan.
c. Periode Lagu Melayu tahun 1950 – 1965. Para periode tersebut, keberadaan lagu melayu mulai kembali mengalami perkembangan dan kembali mendapatkan tempatnya di masyarakat. Selain lagu, tarian pun kembali mengalami perkembangan pesat pada periode ini.
Puncak perkembangannya ada pada tahun 1970 ketika grup besutan Rhoma Irama, Soneta Group, membawakan lagu ini. Akan tetapi, meskipun mencapai puncak dan jaman keemasan pada tahun tersebut, dua tahun kemudian, jenis alunan ini seolah-olah mati suri, karena kalah bersaing dengan lagu bergenre reggae, alternatif, heavy metal dan rock. Hanya ada beberapa penyanyi yang membawakan alunan nada ini, salah satunya adalah penyanyi asal Malaysia dengan judul lagunya ‘Isabella’.
Lagu melayu kembali muncul pada tahun 1976 serta mendapatkan respon positif dari masyarakat, baik masyarakatnya sendiri ataupun dari daerah lainnya. Karena semakin banyak yang merindukan kehadiran alunan nada ini. Salah satu penyanyi yang terkenal pada masa ini adalah Luckman Sinar dari angkatan musik Makyong Serdang. Berbagai perkumpulan serta organisasi seni pun semakin banyak membawakan lagu tersebut. Bahkan, lagu melayu pun mulai dibawakan oleh orkes dari tanah lain, seperti orkes Minang.