Hanya ini syarat menjadi penulis, Anda mampu membedakan antara berak dan kentut. Syarat lainnya adalah tidak ada. Jika sudah bisa membedakan antara keduanya, berarti cukup untuk menjadi penulis . Selebihnya, Anda berak saja, dimanapun.
Analogi berak dan kentut ini, tanpa sengaja muncul ketika saya benar benar , maaf -buang air besar. Istri saya paling tahu kebiasaan jelek saya. Baca buku atau majalah bekas, saat buang air besar. Ide tulisan ini, justru ketika lupa tidak membawa ‘bacaan’ di toilet. Ada yang janggal saat menyendiri tidak ditemani majalah bekas atau apapun bacaan yang bisa menghibur saya kala dalam kesunyian.
Apa idenya ? Ketika bias berak, semua orang pasti plong. Lega. Kenapa berak ? Karena banyak makan kemudian makanan diolah oleh tubuh hingga outputnya, berak dan daging. Lupakan analogi daging. Saya ambil analogi berak karena jengkelnya sudah kelewat batas.
Kelewat batas karena banyak orang yang ingin menjadi penulis selalu bertanya, apa syarat menjadi penulis. Bagaimana caranya menulis. Jurus apa yang dipakai penulis. Dalam hati, jawaban saya tetap saja itu. Syaratnya, mampu membedakan antara berak dengan kentut. Caranya, ya berak saja. Jangan suka kentut. Kemudian, jurusnya ya jurus ‘berak aja!’.
Sahabat, berak seperti halnya menulis. Kalau orang berak bias lega, orang berhasil membuat tulisannya pun terasa puas. Lega juga. Orang berak karena memang banyak makan. Orang menulis juga karena banyak baca. Jadi kalau mau menulis harus banyak baca. Banyak baca, berarti banyak ide. Sama saja ketika makan.
Bagaimana kalau orang tidak makan. Tentu saja tidak akan berak, karena dalam lambung tidak ada isinya. Kalau lambung kosong , kemungkinan besar masuk ingin. Kalau masuk angin, kemungkinan outputnya hanya satu, kentut. Nah, kentut itu saya analogikan ‘omong kosong’ . Hanya angin saja hasilnya.
Calon penulis harus gemar baca buku, dengar informasi berbagai sumber. Sel sel otak akan mengolahnya menjadi ide dan bahan yang luar biasa untuk ditulis. Ide akan berkembang mengalir sesuai informasi yang sudah masuk ke dalam otak kita. Nah, inilah syarat utama seorang penulis. Banyak dengar dan nyerap informasi baik dari buku atau apapun.
Itulah syarat menjadi penulis. Banyak baca. Lalu, bagaimana caranya agar menjadi penulis. Seperti saya share diatas, berak saja. Kalau sudah banyak informasi sering baca buku, ya keluarin aja apa-apa yang ada dalam otak Anda. Toh, banyak unek-unek yang mau dikeluarkan . Otak Anda seperti gudang, sudah banyak menyimpan data dan informasi.
Kembali pada pertanyaan, bagaimana cara menjadi penulis. Tidak ada cara yang baku dalam menulis. Cara itu adalah jejak orang. Ibarat orang berjalan dalam lautan padang pasir, banyak jejak orang – orang menuju ke suatu tempat. Jika Anda punya cara sendiri, lakukan saja. Menulis saja. Berak saja.
Oke. Saya ambil contoh bagaimana seseorang tidak tahu caranya, namun mereka tahu melakukannya. Mungkin ini juga pernah Anda alami. Ketika Anda sedang menyimpan perasaan, galau dan ingin secepatnya menyampaikan uneg unek ke pacar Anda, apa yang mungkin Anda lakukan. Tidak disangkasangka, Anda menuliskannya dalam secarik kertas. Belum kelar sampai selembar kertas, tiba tiba Anda sobek-sobek, karena dirasa ada yang kurang.
Anda nulis lagi menyampaikan uneg- uneg dan perasaan melalui tulisan lagi. Secarik kertas sudah lewat. Nulis lagi, dua hingga tiga halaman kertas digunakan untuk menulis apa- apa yang ada dalam pikiran. Tujuannya, biar dibaca oleh kekasihnya. Kernapa bisa sampai tiga halaman atau lebih. Karena dalam otak pikiran Anda, kala itu sudah segudang rasa yang terpendam . Banyak informasi dan bahan yang akan disampaikan ke teman istimewa Anda.
Menulis itu semudah menulis surat cinta. Ya, seperti yang Anda tulis hingga beberapa lembar kertas itu. Pertama, memang ada yang dirobek. Itu wajar, karena Anda sedang menyampaikan informasi atau perasaan sesuatu dalam bentuk tulisan. Tidak dalam bentuk perkataan. Menulis artikel atau apapun juga begitu. Awalnya seperti tulisan yang masih mentah.
Itulah yang saya share hari ini. Sederhana, idenya dari toilet ketika berak dan kentut. Semoga Andapun bisa menikmati jurus ‘berak kentut’ ini. Memang itulah syarat menjadi penulis
Analogi berak dan kentut ini, tanpa sengaja muncul ketika saya benar benar , maaf -buang air besar. Istri saya paling tahu kebiasaan jelek saya. Baca buku atau majalah bekas, saat buang air besar. Ide tulisan ini, justru ketika lupa tidak membawa ‘bacaan’ di toilet. Ada yang janggal saat menyendiri tidak ditemani majalah bekas atau apapun bacaan yang bisa menghibur saya kala dalam kesunyian.
Apa idenya ? Ketika bias berak, semua orang pasti plong. Lega. Kenapa berak ? Karena banyak makan kemudian makanan diolah oleh tubuh hingga outputnya, berak dan daging. Lupakan analogi daging. Saya ambil analogi berak karena jengkelnya sudah kelewat batas.
Kelewat batas karena banyak orang yang ingin menjadi penulis selalu bertanya, apa syarat menjadi penulis. Bagaimana caranya menulis. Jurus apa yang dipakai penulis. Dalam hati, jawaban saya tetap saja itu. Syaratnya, mampu membedakan antara berak dengan kentut. Caranya, ya berak saja. Jangan suka kentut. Kemudian, jurusnya ya jurus ‘berak aja!’.
Sahabat, berak seperti halnya menulis. Kalau orang berak bias lega, orang berhasil membuat tulisannya pun terasa puas. Lega juga. Orang berak karena memang banyak makan. Orang menulis juga karena banyak baca. Jadi kalau mau menulis harus banyak baca. Banyak baca, berarti banyak ide. Sama saja ketika makan.
Bagaimana kalau orang tidak makan. Tentu saja tidak akan berak, karena dalam lambung tidak ada isinya. Kalau lambung kosong , kemungkinan besar masuk ingin. Kalau masuk angin, kemungkinan outputnya hanya satu, kentut. Nah, kentut itu saya analogikan ‘omong kosong’ . Hanya angin saja hasilnya.
Calon penulis harus gemar baca buku, dengar informasi berbagai sumber. Sel sel otak akan mengolahnya menjadi ide dan bahan yang luar biasa untuk ditulis. Ide akan berkembang mengalir sesuai informasi yang sudah masuk ke dalam otak kita. Nah, inilah syarat utama seorang penulis. Banyak dengar dan nyerap informasi baik dari buku atau apapun.
Itulah syarat menjadi penulis. Banyak baca. Lalu, bagaimana caranya agar menjadi penulis. Seperti saya share diatas, berak saja. Kalau sudah banyak informasi sering baca buku, ya keluarin aja apa-apa yang ada dalam otak Anda. Toh, banyak unek-unek yang mau dikeluarkan . Otak Anda seperti gudang, sudah banyak menyimpan data dan informasi.
Kembali pada pertanyaan, bagaimana cara menjadi penulis. Tidak ada cara yang baku dalam menulis. Cara itu adalah jejak orang. Ibarat orang berjalan dalam lautan padang pasir, banyak jejak orang – orang menuju ke suatu tempat. Jika Anda punya cara sendiri, lakukan saja. Menulis saja. Berak saja.
Oke. Saya ambil contoh bagaimana seseorang tidak tahu caranya, namun mereka tahu melakukannya. Mungkin ini juga pernah Anda alami. Ketika Anda sedang menyimpan perasaan, galau dan ingin secepatnya menyampaikan uneg unek ke pacar Anda, apa yang mungkin Anda lakukan. Tidak disangkasangka, Anda menuliskannya dalam secarik kertas. Belum kelar sampai selembar kertas, tiba tiba Anda sobek-sobek, karena dirasa ada yang kurang.
Anda nulis lagi menyampaikan uneg- uneg dan perasaan melalui tulisan lagi. Secarik kertas sudah lewat. Nulis lagi, dua hingga tiga halaman kertas digunakan untuk menulis apa- apa yang ada dalam pikiran. Tujuannya, biar dibaca oleh kekasihnya. Kernapa bisa sampai tiga halaman atau lebih. Karena dalam otak pikiran Anda, kala itu sudah segudang rasa yang terpendam . Banyak informasi dan bahan yang akan disampaikan ke teman istimewa Anda.
Menulis itu semudah menulis surat cinta. Ya, seperti yang Anda tulis hingga beberapa lembar kertas itu. Pertama, memang ada yang dirobek. Itu wajar, karena Anda sedang menyampaikan informasi atau perasaan sesuatu dalam bentuk tulisan. Tidak dalam bentuk perkataan. Menulis artikel atau apapun juga begitu. Awalnya seperti tulisan yang masih mentah.
Itulah yang saya share hari ini. Sederhana, idenya dari toilet ketika berak dan kentut. Semoga Andapun bisa menikmati jurus ‘berak kentut’ ini. Memang itulah syarat menjadi penulis