Warung Bebas

Sunday, 4 September 2016

Belajar Dari Perekonomian Cina dan Amerika

           

Cina dan Amerika dikenal sebagai negara yang unggul dalam perekonomian antar negara , bila dibandingkan dengan Indonesia negara kita, fakta nyatanya dapat dilihat dari banyaknya produk impor dari kedua negara tersebut yang beredar di pasar Indonesia. Untuk Cina kita dapat menjumpai produk made in cina dari mulai tekstile, mainan anak-anak, sampai produk elektronik yang dijual murah di Indonesia. Sedangkan Amerika unggul dengan bisnis hak paten siapa yang tak kenal dengan Microsoft dan Apple sebagai sofware umum yang dipakai seluruh dunia dan tentunya dijual dengan harga yang tidak murah.


Akan tetapi dari segi kekuatan mata uang, kedua negara itu memiliki strategi yang berbeda dalam rangka menguasai pasaran dunia. bila kita cek terhadap mata uang rupiah, ternyata nilai tukar kedua mata uang china dan US $ Amerika berbeda jauh, sebagai perbandingan pada tahun 2013 bulan Tanggal 13 April sebagai Berikut :


1 Renmmimbi/Yuan =  1.557 rupiah


1 US $ = 9715 rupiah


Dari dua mata kedua negara tersebut pada tahun 2013 nilai tukar US $ Amerika lebih mahal ketimbang nilai tukar renmimbi terhadap rupiah. akan tetapi nilai komoditas ekspor Cina ternyata lebih unggul jumlahnya dari Amerika  Serikat. Berdasarkan data dari warta ekonomi okezone , pada akhir tahun 2013 nilai barang impor dari China mencapai 100 juta US $ atau 50 % dari total nilai impor barang ke Indonesia yang mencapai hampir  200 juta US $.


Cina dikenal negara yang paling banyak memanfaatkan nilai tukar mata uang untuk menguasai perdagangan dunia. Nilai tukar Renmimbi yang rendah terhadap dollar AS membuat komoditas ekspor Cina berupa produk manufaktur dari peniti, baju, sampai mesin mampu menebus pasar ekspor diberbagai kawasan, menjadikan Cina negara pengekspor terbesar dunia sejak 2009 mengalahkan Negara Jerman.


Sejak 1997 sampai 2005  Cina  melakukan proteksi terhadap Renmimbi  dengan kurs sekitar 8,3 yuan perdolar. Kebijakan ini mengundang kritik dari Amerika Serikat selaku mitra dagang utama Cina, karena menganggap nilai tukar itu terlalu rendah.


Bagi Cina, nilai tukar rendah bisa  mengurangi Nafsu Impor  akan barang-barang mewah yang tak diproduksi didalam negeri, misalnya Impor Mobil. Rendahnya nilai tukar Renmimbi pada akhirnya memaksa produsen mobil mendirikan pabrik di Cina agar jualan mereka tetap laku, nilai tukar tak hanya menjadi  senjata moneter saja.


 

0 comments em “Belajar Dari Perekonomian Cina dan Amerika ”

Post a Comment

Kritik dan saran anda sangat kami butuhkan untuk kemajuan blog ini