Warung Bebas

Sunday 4 September 2016

Dibalik Fenomena Ujian Nasional Bahasa Indonesia

Beranda›Nasional›Pendidikan›Dibalik Fenomena Ujian Nasional Bahasa Indonesia                      


Hasil UN setiap tahun rata-rata menempatkan perolehan mata pelajaran bahasa Indonesia berada diposisi ketiga setelah bahasa inggris dan matematika. Itulah salah satu fenomena yang hemat penulis sangat ironis. Betapa tidak, bahasa Indonesia adalah bahasa nasional bahkan dijadikan bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari. Selain itu, bahasa Indonesia juga bahasa pengantar dalam pembelajaran di sekolah. Namun pada kenyataannya siswa-siswi ternyata masih kesulitan ketika dihadapkan pada soal-soal ujian bahasa Indonesia.


Fenomena menurunnya nilai UN mata pelajaran bahasa Indonesia, tidak lepas dari kondisi pembelajaran mata pelajaran tesebut di kelas. Ya. Metode pembelajaran yang konvensional yang hanya menjejali siswa dengan beban teori tentu tidaklah tepat. Hal itu hanya membunuh potensi yang dimiliki siswa.


Padahal setiap peserta didik memiliki potensi sesuai dengan kecerdasan mereka. Namun dengan pembelajaran yang monoton, potensi tersebut tidak teroptimalisasi.


Apabila kita teliti, bahasa Indonesia sendiri  merupakan mata pelajaran yang mengembangkan empat keterampian berbahasa. Seperti keterampilan berbicara, keterampilan menulis, keterampilan menyimak, serta keterampilan membaca.


Empat keterampilan tersebut apabila dikembangkan secara optimal, bisa dijadikan bekal untuk keterampilan peserta didik kelak.


Pertama, yaitu keterampilan berbicara. Keterampilan ini mengoptimalkan kemampuan berujar dan bertutur siswa. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia kemampuan berbahasa ini diarahkan sehingga tercipta keterampilan bahasa yang baik dan benar. Artinya, bahasa Indonesia tersebut dalam berkomunikasi disesuaikan dengan konteks. Optimalisasi kemampuan berbicara tersebut sangat berguna bagi karier siswa dimasa depan. Banyak sekali pekerjaan yang mengandalkan kemariran dalam berbicara seperti pembawa acara, penyiar radio, dsb.


Selanjutnya yaitu keterampilan menulis, keterampilan ini mengembangkan kemampuan siswa dalam merangkai kalimat. Sehingga gagasan yang tertuang dalam kalimat bisa tersampaikan.


Hal tersebut berpeluang besar apa bila dilatih dan dikembangkan dengan baik. Lihat saja, banyak sekali orang yang sukses dengan menulis seperti Andrea Hirata, J.K. Rowling, dan penulis lainnya. Mereka mempunyai nama besar, tidak lain karena kemampuan menulis mereka.


Ha tersebut bisa menjadi daya tarik dan minat siswa untuk mengembangkan kemampuan menulisnya.


Keterampilan lain yaitu keterampilan menyimak. Keterampilan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Optimalisasi dalam keterampilan tersebut yaitu dengan mengembangkan kemampuan sehingga tidak terjadi salah tanggap informasi antara penutur dan mitra tutur.


Selain keterampilan-keterampilan yang sudah dipaparkan diatas, ada keterampilan lain yang tak kalah bermanfaat yaitu kemampuan membaca. Keterampilan ini sangat bermanfaat sebagai sarana untuk menambah wawasan siswa. Sayangnya membaca belum menjadi budaya di masyarakat kita khususnya dilingkungan sekolah. Banyak factor yang melatarbelakangi fenomena tersebut. Mahalnya harga buku serta motivasi siswa yang kurang dalam membaca, menyebabkan kurangnya minat membaca dikalangan siswa.  Tak salah jika fakta Tahun 2009, Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan rilis untuk mengetahui seberapa besar minat penduduk terhadap dua aktivitas, yaitu menonton dan membaca. Survei dilakukan kepada penduduk yang berusia 10 tahun ke atas. Hasilnya, sungguh mengejutkan. Sebesar 90,27 persen penduduk menyukai menonton dan hanya 18,94 persen yang menyenangi aktivitas membaca surat kabar/majalah.


Data tersebut semakin mempertegas bahwa kemampuan membaca masyarakat Indonesia masih rendah. Untuk itu peran guru sangatlah penting dalam upaya memfasilitasi kemampuan membaca tersebut,


Seperti halnya membaca, keterampilan-keterampilan yang lain juga masih belum teroptimalisasi. Pengajaran bahasa Indonesia hanya berkutat di seputar teori tanpa memfasilitasi keterampilan tersebut. Sehingga potensi siswa tidak tergali. Sudah saatnya guru memberikan gebrakan baru dalam menciptakan metode pembelajaran yang bisa memfasilitasi empat keterampilan berbahasa siswa. Sekaligus menjadi bekal karier siswa dimasa yang akan datang.



0 comments em “Dibalik Fenomena Ujian Nasional Bahasa Indonesia”

Post a Comment

Kritik dan saran anda sangat kami butuhkan untuk kemajuan blog ini