Jaman sekarang ini orang sulit sekali mencari pekerjaan. Banyak lulusan sekolah yang tidak tertampung di dunia kerja, baik negeri atau swasta, karena ketatnya persaingan. Lahan kerja yang tersedia tak sebanding dengan jumlah tenaga kerja yang kian hari meningkat. Setiap tahun terjadi pertambahan jumlah lulusan sekolah yang akan masuk dunia kerja. Namun sayang, lapangan kerja yang tersedia sangat terbatas. Maka, tak heran bila jumlah pengangguran meningkat tajam.
Saya punya solusi yang mungkin bisa menjadi alternatif terbukanya peluang usaha baru. Berkaca dari pengalaman saya pribadi. Karena keterbatasan fisik (invalid), saya tak mampu melanjutkan sekolah hingga jenjang yang lebih tinggi. Saya pernah dihinggapi perasaan rendah diri dan pesimisme akan masa depan. Dengan pendidikan minim dan fisik lemah, apa yang bisa saya lakukan? Mau kerja apa saya? Tak ada ketrampilan yang saya miliki.
Namun saya segera menepis perasaan ini. Saya yakin Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha. Dalam ayat suci diterangkan bahwa Allah telah menjamin rejeki pada semua makhluk-Nya, bahkan binatang melata pun dijamin hidupnya. Masak saya sebagai manusia akan dilalaikan oleh Allah? Dengan keyakinan itu saya lalu berupaya mencari sesuatu pada diri saya yang bisa dijadikan jalan mencari rejeki Allah!
Kebetulan saya diberikan kesukaan pada hobi membaca. Saya sangat suka membaca buku-buku, terutama buku cerita atau fiksi. Dari kegemaran membaca itu tumbuh keinginan untuk menulis. Saya membaca pengalaman para pengarang atau penulis yang bisa menghidupi diri dari kegiatan menulis, bahkan menjadi kaya dan tenar. Tampaknya dunia menulis bisa menjadi lahan pekerjaan buat saya. Karena pekerjaan menulis tidak membutuhkan banyak modal, hanya butuh imajinasi dan ketrampilan merangkai bahasa.
Pada awal saya menekuni dunia menulis ini (1988) memang banyak tantangan, kesulitan, dan rintangan yang menghadang. Kegagalan demi kegagalan pun harus saya hadapi, karena tulisan yang saya kirim ke redaksi majalah/koran diretur atau ditolak. Saya kerap menuai rasa kecewa. Tapi semua kepahitan ini saya jadikan sebagai cambuk dan pelajaran berharga. Saya berusaha lebih giat lagi, saya mencari kelemahan dan kekurangan dari tulisan saya. Dari situ saya akhirnya bisa belajar memperbaiki diri. Perlahan namun pasti, tulisan-tulisan saya berhasil dimuat di media massa. Saya juga berhasil memenangkan beberapa lomba menulis.
Dari kegiatan menulis yang sampai sekarang masih saya tekuni ini, alhamdulillah, saya bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga saya, bisa menyekolahkan anak-anak, tidak bergantung pada belas kasihan orang lain. Meski penghasilan penulis freelance seperti saya tidak ajeg atau tidak menentu. Honor dari tulisan khususnya fiksi (cerpen/puisi/novelet/cerber) bervariasi, mulai dari 100 ribu hingga 1 juta rupiah, tergantung media yang memuatnya. Untuk media cetak nasional biasanya honor cukup besar. Tapi yang lumayan lagi bila tulisan kita memenangkan sebuah lomba mengarang. Hadiahnya bisa sampai jutaan rupiah. Atau menerbitkan buku/novel yang menjadi best seller. Royalti bisa mencapai puluhan juta rupiah! Wow, keren bukan?
Jadi rasanya tak berlebihan kalau saya mengatakan bahwa menulis bisa menjadi lahan pekerjaan potensial. Jadilah penulis profesional! Jangan ragu untuk memulai dan jangan mudah menyerah bila tulisan belum berhasil menembus media. Yang diperlukan hanyalah ketekunan, kesabaran, dan mau terus belajar. Bagi kalian, yang masih muda dan baru lulus sekolah, bingung mau kerja apa, tak ada salahnya mencoba menulis. Tulis hal-hal yang ringan seperti puisi, cerpen, cerita humor, atau artikel remaja. Lalu kirim ke redaksi koran/majalah/situs online. Jangan dulu berharap dapat honor, tapi sebagai sarana mengasah kemampuan menulis.
Saya punya beberapa tips buat kalian yang masih pemula dalam dunia tulis menulis:1. Banyaklah membaca karya orang lain, terutama yang dimuat di media massa, sehingga kita tahu bagaimana cara menulis dan merangkai kalimat dengan baik.2. Kirim karyamu ke media kecil atau berskala daerah dulu, meski honornya kecil tapi peluang dimuatnya besar.3. Jika tulisan kita tidak dimuat, jangan menyerah. Terus kirim karya yang baru ke media sama. Nanti lama-lama akan diperhatikan dan dibaca oleh redakturnya.4. Jangan hanya menulis 1 jenis tulisan saja (semisal cerpen), tapi cobalah menulis berbagai jenis tulisan seperti; puisi, artikel, atau cerita humor. Di koran Solopos ada kolom kisah lucu yang berisi pengalaman nyata namanya Ah tenane… Tiap hari ada, kecuali minggu. Honornya 75 ribu. Lumayan, kan? Bisa beli bakso 10 mangkok. He he…5. Jangan merasa puas dulu bila tulisan berhasil dimuat di koran/majalah. Belum tentu yang akan datang akan dimuat lagi. Anggaplah itu sebagai awal baik untuk mengasah kemampuan menulis kita agar lebih baik lagi. Karena perjalanan masih panjang. Teruslah menulis, terus mengirim karya, masalah hasil serahkan pada Tuhan. Yang penting kita tekuni kegiatan menulis ini dengan telaten. Karena pekerjaan menulis tidak mengenal pensiun.
Jadi, tak usah ragu menjadi PENULIS. Semoga sukses selalu!