Beranda›All›BERINVESTASI DENGAN MENULIS
Menulis itu seyogianya berinvestasi karena menulis adalah keterampilan hidup (life skill) yang diperlukan siapa pun kelak. Tidak ada satu bidang pun di dunia ini yang bisa lepas dari tulis-menulis. Para penulis diperlukan oleh dan pada zamannya.
Namun, menulis sendiri tidak akan menghasilkan percepatan kemampuan tanpa Anda mau berinvestasi untuk mempelajarinya bersama seorang guru dan membaca buku-buku. Copy the master adalah salah satu teknik menulis yang pernah disinggung penulis senior, The Liang Gie, dalam bukunya. Copy the master adalah teknik meniru tulisan para penulis yang sudah tersohor atau kita kagumi. Cara ekstremnya adalah dengan menulis ulang kembali apa yang sudah mereka tulis. Cara ini disadari atau tidak disadari membuat seseorang dapat meng-install kemampuan menulis seorang master. Hal ini pula yang disebut-sebut Joe Vitalae dalam bukunya Hypnotic Writing.
Berlatih mengikuti pelatihan penulisan adalah berinvestasi untuk masa depan Anda karena tidak ada satu bidang pun di dunia ini dapat lepas dari tulis-menulis. Karya tulis yang mengandung ide-ide di dalamnya adalah intangible asset yang akan selalu memiliki harga. Hal ini karena Anda sudah berinvestasi di dalamnya. Karena itu, tidak ada kata merugi jika Anda harus mengeluarkan biaya untuk mengikuti kelas-kelas menulis, berkelana atau bertualang untuk mengasah kemampuan menulis, dan juga menghimpun berbagai ilmu sebagai bahan baku menulis.
Dari sebuah dapur, seorang koki dapat menuliskan rahasia racikannya dan ilmu-ilmu memasaknya. Dari sebuah ruang praktik, seorang dokter dapat menuliskan rahasia menjaga kesehatan dan bagaimana penyakit dapat ditaklukkan. Dari medan pertempuran, seorang prajurit dapat mengisahkan perjuangannya antara hidup dan mati. Dari ruang perawatan, seorang pasien dapat menuliskan pergulatan batin dan fisiknya melawan penyakit berbahaya. Dari sebuah ruang kelas, seorang guru dapat menuliskan pemikiran-pemikirannya tentang pembelajaran yang mengasyikkan dan memanusiakan siswa. Dari bilik redaksi, seorang wartawan dapat menuliskan perjalanan kariernya. Bahkan, dari balik becaknya, seorang tukang becak dapat menuliskan pengalaman dan pemikiran awamnya tentang zaman–seperti yang terjadi pada Harry Van Yogya, seorang tukang becak yang menulis buku The Becak Way.
Bagaimana Anda mengatakan bahwa menulis bukan investasi? Bahkan, lebih jauh sebagai investasi amal ketika tulisan Anda dibaca sebegitu banyak orang dan menghasilkan perubahan positif. Tulisan Anda pun akan “hidup” bergerak mengalirkan pahala layaknya passive income. Karena itu, Anda jangan berpikir menulis sekadar menulis dan tidak pernah merasa harus menguatkannya.
Menulis seyogianya berinvestasi karena tidak ada satu bidang pun di dunia ini yang dapat lepas dari tulis-menulis. Carilah guru-guru menulis, datangilah kelas-kelas menulis, bacalah buku-buku terbaik yang membuat Anda merasakan kekuatan menulis, lalu tetapkan satu hari untuk menulis satu hal yang berguna bagi banyak orang.
Menulis itu seyogianya berinvestasi karena menulis adalah keterampilan hidup (life skill) yang diperlukan siapa pun kelak. Tidak ada satu bidang pun di dunia ini yang bisa lepas dari tulis-menulis. Para penulis diperlukan oleh dan pada zamannya.
Namun, menulis sendiri tidak akan menghasilkan percepatan kemampuan tanpa Anda mau berinvestasi untuk mempelajarinya bersama seorang guru dan membaca buku-buku. Copy the master adalah salah satu teknik menulis yang pernah disinggung penulis senior, The Liang Gie, dalam bukunya. Copy the master adalah teknik meniru tulisan para penulis yang sudah tersohor atau kita kagumi. Cara ekstremnya adalah dengan menulis ulang kembali apa yang sudah mereka tulis. Cara ini disadari atau tidak disadari membuat seseorang dapat meng-install kemampuan menulis seorang master. Hal ini pula yang disebut-sebut Joe Vitalae dalam bukunya Hypnotic Writing.
Berlatih mengikuti pelatihan penulisan adalah berinvestasi untuk masa depan Anda karena tidak ada satu bidang pun di dunia ini dapat lepas dari tulis-menulis. Karya tulis yang mengandung ide-ide di dalamnya adalah intangible asset yang akan selalu memiliki harga. Hal ini karena Anda sudah berinvestasi di dalamnya. Karena itu, tidak ada kata merugi jika Anda harus mengeluarkan biaya untuk mengikuti kelas-kelas menulis, berkelana atau bertualang untuk mengasah kemampuan menulis, dan juga menghimpun berbagai ilmu sebagai bahan baku menulis.
Dari sebuah dapur, seorang koki dapat menuliskan rahasia racikannya dan ilmu-ilmu memasaknya. Dari sebuah ruang praktik, seorang dokter dapat menuliskan rahasia menjaga kesehatan dan bagaimana penyakit dapat ditaklukkan. Dari medan pertempuran, seorang prajurit dapat mengisahkan perjuangannya antara hidup dan mati. Dari ruang perawatan, seorang pasien dapat menuliskan pergulatan batin dan fisiknya melawan penyakit berbahaya. Dari sebuah ruang kelas, seorang guru dapat menuliskan pemikiran-pemikirannya tentang pembelajaran yang mengasyikkan dan memanusiakan siswa. Dari bilik redaksi, seorang wartawan dapat menuliskan perjalanan kariernya. Bahkan, dari balik becaknya, seorang tukang becak dapat menuliskan pengalaman dan pemikiran awamnya tentang zaman–seperti yang terjadi pada Harry Van Yogya, seorang tukang becak yang menulis buku The Becak Way.
Bagaimana Anda mengatakan bahwa menulis bukan investasi? Bahkan, lebih jauh sebagai investasi amal ketika tulisan Anda dibaca sebegitu banyak orang dan menghasilkan perubahan positif. Tulisan Anda pun akan “hidup” bergerak mengalirkan pahala layaknya passive income. Karena itu, Anda jangan berpikir menulis sekadar menulis dan tidak pernah merasa harus menguatkannya.
Menulis seyogianya berinvestasi karena tidak ada satu bidang pun di dunia ini yang dapat lepas dari tulis-menulis. Carilah guru-guru menulis, datangilah kelas-kelas menulis, bacalah buku-buku terbaik yang membuat Anda merasakan kekuatan menulis, lalu tetapkan satu hari untuk menulis satu hal yang berguna bagi banyak orang.