Warung Bebas

Sunday 12 June 2016

Abaikan Istri Karena Hasrat Terhadap Titisan Ratu Cleopatra

Jika dihubungkan isi dengan judulnya, telah jelas bahwa tokoh “Aku” dalam novel Pudarnya Pesona Cleopatra mempunyai
hasrat yang sangat besar terhadap pesona perempuan yang mirip dengan Ratu Cleopatra. Hasrat bahwa tokoh aku
mempunyai hasrat sagat besar terhadap pesona ratu Cleopatra juga digambarkan pada keluhan tokoh “Aku” terhadap calon
istrinya. Dia tidak mencintai istrinya sama sekali.
Ibu
Durhakakah aku
Jika dalam diriku,
Tak kau temukan inginmu

Ibu,
Durhakakah aku
Jika dalam hidupku,
Tak kau temui legamu

Puisi karya Fatin Hamama yang sengaja dikutip oleh Habiburrahman Elshirazy pada novel mini tersebut menggambarkan
jiwa dari tokoh aku. Tokoh aku yang terpaksa menikah dengan gadis pilihan ibunya yang merupakan anak dari sahabat karib
ibunya. Ibu dari tokoh aku dan Raihana berjanji menjodohka anak mereka jika berlainan jenis.
Ketidak nyamanan tokoh aku dengan perjodohan itu juga digambarkan pada teks berikut.
“Orangnya cantik nggak?” selidikku.
“Lumayan, delapan koma limalah, jawab adikku enteng.
“Tapi lebih tua kakak ya?”Tanyaku mencari kepastian.
“Ala Cuma dua tahun Kak,………”
Begitu mengakarnya nafsu tokoh aku dengan impiannya yaitu mempersunting gadis titisan Cleopatra sampai dia
menyelidiki bagaimana Raihana terebut. Walaupun memang Raihana adalah gadis yang cantik, hafal Alqur’an dan lulusan
terbaik di Unversitas tempat dia belajar.
Jiwa tokoh aku sangat tersiksa ketika dia harus menikah dengan Raihana, gadis pilihan ibunya. Karena tidak sesuai dengan
harapan yang selama ini dia dam­idamkan yaitu menikah dengan gadis Mesir yang katanya jika ada deapan orang gadis
Mesir maka ada enam belas gadis yang cantik karena bayangan mereka juga cantik.
Bukti bahwa tokoh aku tidak mencintai gadis yang akan dijodohkan dengan dirinya seperti pada teks:
Ibu, durhakalah aku
Jika dalam maumu tak ada mauku
Tapi, durhakakah aku, Ibu?
Jika dalam diri Raihana tak ada cintaku.
Tokoh aku bersikeras membela pikirannya yang terbalut dengan sosok­sosok cantik dari negara Timur Tengah, sehingga
membiarkan dirinya terpuruk dan tersiksa dalam pernikahannya sendiri.
Selain dari teks­teks yang jelas menggambarkan ketersiksaanya tokoh aku pada jiwanya sendiri, pengarang menggambarkan
pula dari sudut perilaku tokoh yang diceritakan oleh tokoh aku sendiri. Seperti pada penggalan teks “Layaknya pengantin
baru, tujuh hari pertama kupaksa hatiku untuk memuliakan Raihana sebisanya.”

Sampai pada suatu saat terjadi konflik yang sangat dahsyat pada jiwa tokoh aku yang tersiksa dengan pernikahannya
tersebut. Ketika tokoh aku tengah bermimpi akan menyunting Mona Zakki yang pada mimpinya Mona zakki adalah
keponakan dari ratu Cleopatra, nyaris dipelaminan Raihana membangunkan tokoh aku untuk sholat Isya’. Ketika itulah
puncak tokoh aku sangat muak dan bahkan menghasud dirinya sendiri bahwa Raihana adalah perusak impiannya. Sepanjang
hari Raihana tidak disapanya atau dalam kata lain tak bicara sama sekali dengan Raihana. Sampai pada undangan lahiran
kakak Raihana yang membuat hati tokoh aku teresntuh untuk berpura­pura mesra lagi dengan Raihana karena Raihana sama
sekai tidak menyebutkan aibnya selama ini.
Akhir cerita tokoh Aku sadar begitu berharganya Raihana­istrinya yang solihah salah satunya lewat sebuah cerita pak
Qalyubi­seorang yang pernah gagal (menderita dan menyesal) menikah dengan wanita mesir yang cantik jelita karena
hartanya yang diperas oleh wanita Mesir tersebut, ternyata Raihana telah meninggal dunia seminggu sebelum dia datang
untuk menjenguk Raihana yang tengah hamil delapan bulan ke rumah orang tua Raihana. Saat itulah cinta yang sangat kuat
dirasakannya kepada Raihana.
Dari perbuatan­perbuatan dan perilaku­perilaku tokoh aku yang menunjukkan tersiksanya dirinya yang menikah tanpa
adanya rasa cinta menggambarkan bahwa seolah­olah perempuan adalah barang hiasan saja. Barang hiasan tanpa dirawat
dan seolah terbuang. Yang hanya bisa dibeli kemudian digunakan untuk hiasan semata. Hiasan dalam rumah yang hampa
akan cinta kasih. Hiasan yang tidak ada harganya. Atau hanya dijadikan budak. Hiasan yang ketika rusak baru dielu­elukan,
budak yang disayangkan ketiaka akan ada yang berminat membelinya. Dan ketika sadar bahwa budak akan sangat berarti
bagi majikannya karena tanpa budak sang majikan tidak ada yang membantunya. Apakah seperti itu gambaran suami yang
tidak mencintai istrinya? Tentu sangat sadis jika dikiaskan seperti itu. Hanya karena hasratnya untuk bisa menyunting gadis
titisan Cleopatra tokoh Aku menyiksa dirinya sendiri dengan pikiran­pikiran dan imajinasinya yang membandingkan
perempuan Indonesia dengan perempuan Timur Tengah yang terkenal dengan kecantikannya. Sehingga tokoh aku tersiksa
dengan pernikahannya sendiri yang seharusnya membahagiakan dan ideal seperti pendapat orang­orang di sekitarnya bahwa

Raihana gadis yang cantik, sholihah, hafal Alqur’an dan merupakan lulusan terbaik di kampusnya sedangkan tokoh Aku
lulusan Universitas di Mesir. Tokoh aku dihantui rasa muak ketika mendengar pendapat orang­orang di sekitarnya tersebut.
Jiwanya tersiksa kedua kalinya ketika Tokoh aku telah sadar dan sepenuhnya mencintai istrinya tetapi istrinya telah
meninggal. Dia kecewa kepada dirinya sendiri karena telah menyia­nyiakan istriya yang selama ini berbakti dan
mencintainya setulus hati. Apa benar gambaran tokoh Aku kepada istrinya eperti ilustrasi di atas?

0 comments em “Abaikan Istri Karena Hasrat Terhadap Titisan Ratu Cleopatra”

Post a Comment

Kritik dan saran anda sangat kami butuhkan untuk kemajuan blog ini